SUMBAR – Air Danau Diatas di Alahan Panjang, Solok Selatan, Sumatera Barat tiba-tiba berubah warna menjadi kemerahan dan berbau amis. Kondisi ini tentu saja menghebohkan masyarakat, karena danau ini adalah salah satu tujuan wisata yang terkenal di Sumbar.
Menyikapi kondisi ini tim Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat turun kelapangan untuk melakukan pengambilan sampel air danau pada 28 Maret 2019 lalu. Pada 26 Maret pengambilan sampel juga sudah dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai V (BWS V) Sumatera.
Kepala Dinas LH Provinsi Sumbar, Ir.Siti Aisyah MSi mengatakan, untuk mengetahui kandungan kimia apa saja, pengamatan visual belum bisa dijadikan patokan. Untuk itu, dibutuhkan hasil laboratorium.
Pada 18 April 2019 hasil laboratorium sudah diterima DLH Sumbar dari Laboratorium Kesehatan, meliputi lokasi inlet danau, outlet danau dan bak penampungan intake PDAM. Hasilnya menunjukkan beberapa parameter dalam kandungan air danau yang berada di atas ambang batas.
Parameter yang sangat menonjol adalah Sulfida (H2S) yaitu 0,1375 mg/l dibandingkan 0,002 mg/l atau 6675 persen. Hasil itu turun dratis setelah dua hari kemudian setelah sampel air diambil kembali oleh DLH menjadi 0,06 mg/l atau 2.900 persen. Parameter lain yang juga di atas ambang batas adalah COD, BOD dan Coliform, namun angkanya tidak signifikan dibandingkan Sulfida.
Bila dibandingkan data series sejak 2014, menurut Siti Aisyah, parameter sulfida sebelumnya di bawah ambang batas. Namun, sejak tahun 2017 sulfida mulai di atas ambang batas yaitu 0,03 dan 0,02 mg/l.
Bila dilihat fonomena bahwa perubahan kualitas air danau yang berubah secara cepat dalam dua hari, maka hal tersebut dapat diindikasikan 2 hal. Yakni, terjadinya pergerakan bumi akibat dampak dari pusat gempa (Solok Selatan) yang terjadi beberapa waktu yang lalu atau curah hujan yang menyebabkan up willing (arus bawah).
“Untuk itu, perlu didukung data tambahan, yaitu frekuensi gempa dan curah hujan yang terjadi pada kisaran bulan Februari sampai Maret 2019. Namun, bila dilihat pembentukan danau, maka Danau Diatas dibentuk oleh dua peristiwa, yaitu tektonik dan vulkanik,” katanya kepada wartawan, Minggu (21/4/2019).
Saat ini LIPI juga sedang melakukan kajian terkait warna kemerahan danau. Warna kemerahan tersebut dapat juga disebabkan oleh adanya unsur besi ataupun Alga yang mati akibat tidak resisten dengan meningkatnya unsur sulfida atau unsur pencemar lain.
Untuk unsur besi sudah dapat dipastikan masih di bawah ambang batas sesuai Peraturan Gubernur Nomor 24 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Danau dan Telaga Provinsi Sumatera Barat.***