BUKITTINGGIPOS.COM, PULAI ANAK AIA –Sudah empat kali setiap bulan Februari dalam kurun empat tahun ini, saya menulis komentar di media cetak dan online tentang kepemimpinan Walikota dan Wakil Walikota Bukittinggi, Ramlan Nurmatis dan Irwandi dalam bentuk kilas balik kinerja keduanya memimpin Kota Wisata Bukittinggi. Saya kagum dan memujinya ketika memang telah membuat prestasi dan puluhan penghargaa serta keberhasil membangun kota ini, namun saya tetap juga menyampaikan pekerjaan rumah yang masih belum terlaksana oleh keduanya sebagai bentuk kritik dan saran saya.
Padahal saat itu, pasangan ini diisukan banyak orang bahwa Ramlan “tidak sejalan” dengan wakilnya Irwandi yang keduanya maju dalam pilkada Kota Bukittinggi periode 2015-2020 pada jalur perseorangan dan mengalahkan empat pasangan calon yang diusung oleh partai politik. Namun menjelang pendaftaran pilkada serentak 2020 jalur perseorangan dibuka bulan Februari lalu, keduanya memperlihatkan ke publik bahwa mereka berdua “akur” saja. Bahkan Irwandi secara jantan ikut mendampingi dan mengantar incumbent Ramlan Nurmatias mendaftar ke KPU bersama bakal calon wakil walikota Syahrizal Dt. Palang Gagah. Inilah yang saya kagumi kepada keduanya, tidak hanya punya prestasi selama empat tahun memimpin, namun keduanya memperlihatkan jiwa besar dan santun dalam berpolitik.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Wakil Walikota yang juga minantu dan sumando Urang Nagari Simawang Irwandi Dt. Batujuah, yang sudah ikut memberikan andil pada kemajuan Kota Bukittinggi saat ini. Sekarang Ramlan dalam sorotan dan saya menulis namanya lengkap, Ramlan Nurmatias, melihat Ramlan hari-hari ini. Ia menjadi publik figur dan sorotan pribadi saya, terutama sejak mulainya mulai masuknya virus Corona alias Covid-19 di Indonesia dan Bukittinggi 2 Maret 2020 lalu. Ramlan bersama Forkompinda dan SKPD yang tergabung dalam Tim Gugus Penanganan Covid-19 bergerak memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Pada 17 Maret 2020, Ramlan memimpin tim gugus tugas melakukan penyemprotan disinfektan diseluruh fasilitas umum khususnya di objek wisata dan perumahan masyarakat. Dipilihnya objek wisata karena Bukittinggi merupakan kota wisata dan semua orang banyak datang ke Bukittinggi. Tak sampai disitu, Ramlan meminta kepada pihak Pemprov Sumbar untuk menghentikan tamu yang masuk ke Bukittinggi. Kebijakan tak populer ia ambil yakni study at home (belajar dirumah) mulai tingkat PAUD, TK, SD dan SMP Sederajat. Pada saat itu, saya lihat hanya Bukittinggi yang daerah pertama mengambil langkah merumahkan pelajar serta membatalkan event pacu kuda yang akan digelar 22 Maret 2020.
Langkah antisifasi lain ia lakukan dengan menutup seluruh objek wisata, dia rumahkan ASN yang hamil dan menyusui serta merumahkan sementara ASN eselon IV kebawah dengan ketentuan Work From Home (WFH). Bahkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19, Ia gandeng satuan Brimob Polda Sumbar melaksanakan penyemprotan disinspektan dengan mobil water canon. Dipasang beberapa wastafel pencuci tangan diberbagai fasilitas umum seperti pasar dan jalan utama, dibuatkan baliho dan spanduk menghimbau pola hidup bersih dan sehat sesuai protokol kesehatan. Sejumlah organisasi seperti PMI Bukittinggi dan Karang Taruna pun turut membantu Pemda.
Ketika Provinsi Sumbar akan menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Ramlan tegas menyampaikan dukungan asalkan penerapannya menyeluruh semua daerah di Sumbar. Ia bergegas mempersiapkan penerapan PSBB khususnya di Bukittinggi, dengan cara menerbitkan perwako yang mengatur ketentuan penerapan PSBB tahap I mulai 22 April 2020 – 5 Mei 2020 dilanjutkan dengan penerapan PSBB tahap II (5 Mei 2020 – 29 Mei 2020). Pemberlakukan PSBB mempunyai dampak kepada kehidupan masyarakat karena adanya kebijakan stay at home, dampak terberat dirasakan oleh masyatakat golongan tidak mampu terutama yang berpengahasilan harian.
Melihat kondisi seperti itu, pada 6 April 2020, Ramlan bersama jajaran Pemko segera menyiapkan bantuan sembako bagi masyarakat terdampak Covid-19. Ia segera membicarakan bersama DPRD Kota Bukittinggi untuk melakukan penyisiran anggaran dengan sistem recofucing dan relokasi anggaran. Hal hasil disepakati akan memberikan sembako kepada 19.583 jiwa warga yang terdampak Covid-19, suatu kebijakan yang pada saat itu, saya catat sebagai daerah pertama yang mempersiapkan sembako bagi warganya yang berisikan beras 9 kg, sarden 3 kaleng, telur 10 butir, minyak goreng 0,5 liter dengan harga sekitar Rp. 210.000/paket.
Tak hanya sekali memberikan bantuan sembako, pada 17 Mei 2020, Ramlan kembali membagikan sembako tahap II khusus untuk warga yang terdampak Covid-19 sebanyak 14 ribu KK yang berisikan beras 27 kg, gula pasir 3 kg, minyak goring 2 kg, 30 butir telur dan mie instan 1 kardus dengan total harga sekitar Rp. 600.000/KK. Yang menarik dari pemberian sembako ini, Ramlan mengatakan bahwa beras yang diberikan dengan kualitas bagus. “Apa jenis beras yang dimakan pejabat itu pula yang dimakan masyarakat” tegas Ramlan menjelaskan kualitas beras yang diberikan dalam paket bantuan sembako tersebut.
Awalnya saya tidak yakin ia bisa mengelola pemberian sembako secara baik, karena kondisi pendemi yang menguras pikiran dan tenaga. Namun pikiran saya terbalik, ia lolos dari persoalan pekerjaan kemanusian itu dan melanjutkan dengan fasilitasi penyerahan bantuan bagi PKH dan BLT Provinsi dan Kemensos kepada lebih kurang kepada 2.348 orang penerima manfaat masing-masing menerima Rp. 600.000/orang. Hebatkah ia, tergantung dari sudut pandang yang berbeda, karena pada saat yang sama ia harus dibully dengan tudingan miring bahwa bantuan tidak tepat sasara, data yang dimajukan tidak tepat, pencitraan dan lainnya. Namun salutnya saya, ia tetap jalankan dengan tenang bersama jajarannya.
Ketika saya mendengar ia akan menjadi pembicara utama pada Webinar Internasional dengan tema “Relasi Negara Dengan Karakter Kewarganegaraan Dalam Penanganan Wabah Covid-19” di ikuti negara Indonesia, Malaysia dan Australia, yang diselenggarakan UNP 30 Mei 2020 lalu. Saya menjadi kagum dengan Ramlan, berkata saya dihati benar juga kata orang usaha tidak mendustai hasil. Kalaulah ia tidak dianggap berhasil menangani masalah Covid-19 di daerahnya, mana pula lah ia akan diminta menjadi pembicara utama di webinar internasional itu apalagi yang memintanya slah satu universitas ternama di Sumbar.
Tepat 1 Juni 2020, ketika Pemprov Sumbar memperpanjang PSBB tahap III hingga 7 Juni mendatang. Dari 19 kabupaten/kota yang ada di Sumbar hanya Bukittinggi yang menyatakan keluar PSBB menuju Tatanan Kehidupan Baru (TKB) atau New Normal dan disetujui gubernur. Ramlan beralasan karena angka penyebaran virus terus menurun dan ia berharap agar masyarakat dapat kembali beraktifitas normal dengan kehidupan baru namun tetap memakai protokol kesehatan. Ramlan bermaksud keluar PSBB untuk melonggarkan masyarakat beraktivitas dan mengurangi tingkat kecemasan. Ketika itu saya ragu, namun keyakinan ini muncul ketika ia bersama Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit tampil menyatakan kesiapan dengan mantap.
Hari ini saya tetap kagum kepada Ramlan karena ini berusaha menterjemahkan niat keluar PSBB menuju TKB. Dibukanya dan dibersihkannya objek wisata dan pagar pasar atas yang akan dibuka Juli mendatang. Sekira langkah yang dilakukan Ramlan ada yang memandang ini bagian pencitraan untuk maju dalam pilkada Bukittinggi 2020, saya kira itu adalah hak mereka. Namun saya yakin langkah-langkahnya akan didukung oleh sebagian masyarakat lain. Tapi menurut saya apa yang dilakukan Ramlan seperti air mengalir saja, kalau dibilang pencitraan langkah dan kebijakannya sudah didengar orang empat tahun lalu. Jadi apa yang dilakukan sekarang ini hanyalah bagian dari panggilan jiwanya sebagai pekerjaan rutin yang dilakukan oleh siapa saja kepala daerah saat ini.
Ibarat menanam kalau yang dilakukannya selama ini ia akan memetik hasil itu adalah wajar-wajar saja. Saya melihat Ramlan itu biasa-biasa saja tidak pula berlebih-lebihan dalam tugas rutinnya, cuma ia punya kemauan dan keberanian untuk menjalankan amanah jabatannya. Sebagai orang yang pernah bermitra dengannya di DPRD empat tahun lalu, saya tahu betul prinsipnya bahwa ia dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang. Angkat Topi Buat Ramlan.***
Muhammad Nur Idris Sati Bagindo
Pulai Anak Air, 10 Juni 2020.