BUKITTINGGIPOS.COM –In Memoriam Maderizal, Selamat Jalan Pak Abeng !!!!!
Handphone saya berdering dini hari Sabtu (30/5), saya terbangun dari tidur dan lihat jam dinding menunjukan pukul 04.15 Wib. Saya lihat ada panggilan tak terjawab dari Adi caraka DPRD Bukittinggi. “Telp kamu tadi ada apa. Pak Abeng tidak ada lagi pak katanya. Dak ada gimana maksudnya. Iya Pak Abeng udah meninggal tadi jam 02.12 Wib di RSAM”. Innalilahiwainailahirojiun spontan berucap mengenang orang baik yang saya kenal sejak tahun 1997, ketika dulu biasa sama-sama duduk di kedai Mister sebelah tugu Polwan atau di depan SMP 1 Bukittinggi.
Siap subuh saya coba-coba mengenang sosok Abeng, ketika sama menjadi anggota DPRD Bukittinggi periode 2009-2014, beliau Ketua Komisi III saya Ketua Komisi I, lalu tahun lalu saya sandera beliau di ruangan Komisi III DPRD Bukittinggi untuk mau menjadi Ketua Marchingband Gita Jam Gadang (MBGJ), hingga hari terakhir ketika membezuk di ruangan HCU RSAM usai Jumat kemaren (29/5) bersama Wakil Ketua DPRD Rusdi Nurman. Saya tidak lama membezuk beliau yang sedang terbaring lemah, bukan kenapa-kenapa namun sedih dan kasihan saya melihat kondisinya. Spontan saya bilang ke Rusdi Nurman yang saya panggil Datuk, “kok pendek umur da beng awak ikhlas lai yo tuak, dari pado lamo liau manahan sakit” ujar saya menahan tangis.
Setelah bezuk saya duduk di café cindua mato RSAM bersama staf DPRD Bukittinggi dan beberapa orang wartawan yang sejak beliau dirawat pertam setia menunggu Abeng siang dana malam. Ketika duduk HP saya dihubungi oleh Pak Suryanto Pimpinan PKBM Kasih Bundo Manggis Gantiang. Beliau menanyakan kondisi Pak Abeng karena membaca status facebook saya siang tadi. Kata Suryanto Pak Idris, Abeng itu orang baik banyak jasa dan perhatiannya untuk anak terlantar dan anak cacat sejak dulu. Beliau banyak perhatian untuk Panti Anak Cacat berama Almarhum Osman Purba wartawan singgalang dulu dan Bapak Nasrul Fitra. Cerita Suryanto menarik bagi saya untuk mengenang sosok Pak Abeng, saya suruh Yanto bercerita terus sambil saya catat satu-satu pelan-pelan jejak rekam pengabdian sosialnya
Tahun 1990-1992, Abeng mendorong terbentuknya pembangunan asrama anak cacat Yayasan Kasih Bundo dan mendirikan SLB (YPSDLB/YPPAC) bagi anak Bukittinggi yang putus sekolah. Tidak hanya meloby Pemko Bukittinggi tapi juga menemui Bapak Bustanil Arifin dan Ibu Djilis Taher pengusaha Jakarta serta sampai berhasil terbangun asrama sederhana. Ketika Tahun 1993, anak-anak tukang penyemir sepatu dilarang beropersi di Jam Gadang karena dianggap mengganggu wisatawan yang datang. Abeng bersama Alm. Osman Purba mengumpulkan semua tukang semir sepatu ke asrama YPPAC.
Disana mereka dibina dan dilatih, bagaimana melayani konsumen dengan baik sehingga tidak terganggu berwisata di Bukittinggi. Abeng juga melihat anak tukang semir sepatu ini putus sekolah, maka bersama pengurus Alumni SUMANDO melobi sekolah untuk anak tukang semir sekolah kembali. Tahun 1993 itu juga Abeng bersama Osman Purba dibantu Kadis Nasrul Fitra membentuk Himpunan Penyemir Sepatu Bukittinggi (HPSB).
Abeng juga sebagai inisiator dan memfasilitasi pedagang sovernir untuk diizinkan berjualan di akses jalan masuk kebun binatang serta pedagang souvenir di pinggir pertokoan Pasar Atas melalui Dekranasda kebetulan Suryanto sebagai sekretaris Dekranasda kala itu. Risau dengan banyaknya anak jalanan yang berkeliaran di Kota Bukittinggi, Abeng bersama Alm Osman Purba mengumulkan mereka digabungkan dengan penyemir sepatu untuk tinggal di Panti YPPAC Kasih Bunda. Disana mereka dilatih membuat batu bata dan peternakan beberapa ekor sapi bantuan Pemko.
Pada Tahun 2000, Abeng bersama rekannya Alm. Osmar Purba, Chon Piliang, An Mami, Nasrul Fitra, kakak saya Ir. Erizal Kepala PU dan lain termasuk Bapak Ramlan Walikota sekarang bersama Pemko Bukittinggi berinisiatif mengadakan kegiatan Festival PEDATI yang berkembang maju dan dtitunggu setiap tahun hingga beberapa tahun kemudian dan akhirnya tidak diadakan lagi antah apa sebabnya. Pada tahun 2001, Abeng menginisiatif kegiatan pertukaran pelajar Kota Bukittinggi dengan Negara Malaysia kebetulan beliau mempunyai akses ke negeri Malaysia itu.
Tahun 2004, Abeng bersama temannya mendorong program pemberdayaan anak putus sekolah maka didirikanlah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kasih Bundo dan mendapat respon dari Dirjen PLS Fasli Jalal membentuk sekolah non formal Paket A, Paket B dan Paket C dan lifeskills bagi anak putus sekolah. Setiap tahun atau jelang lebaran Abeng selalu memfasilitasi anak jalanan, tukang semir, anak cacat dan terlantar serta masyarakat miskin untuk mendapatkan bantuan dari Pemko. Kadang diantar kemasing-masing mereka kadang kala dibawa sama bus Pemko ke rumah dinas berbuka dan menerima bantuan dari pemko. Hingga sekarang beliau aktif untuk kemajuan PKBM Kasih Bundo terakhir diangkat sebagai Ketua Badan Pengawas PKBM Kasih Bundo tahun 2020 lalu.
Merinding roma saya menulis dan mendengarkan cerita riwayat sosial Abeng lewat Suryanto, saya akui kalah saya sama Abeng bicara soal kepedulian sosial. Apalagi kalau bicara fungsi penganggaran di DPRD kala bersama menjadi anggota dewan. Ketika Pemko sudah mengantarkan buku APBD yang terdiri buku I, buku II dan buku III masing-masing tingginya 10-15 cm ribuan halaman dibaca dan diurainya satu-satu 29 SKPD per halaman. Saya sering diskusi sama beliau kalau soal pembahasan APBD, beda dengan saya beliau menyalin satu-satu program kegiatan masing-masing SKPD bahkan lengkap dengan mata rekeningnya dalam buku isi 100 folio sampai 2 buah.
Saya pernah bilang “Dabeng gilo beko dek APBD, Pemda itu sudah berpuluh tahun pengalaman membahas mata anggaran dalam APBD ini. Susah awak mengalahkan bekonyo murah bakilah”. Jawab Dabeng sederhana “Jo buku catatan ambo iko dak aka nada peluangnyo SKPD main-main anggaran. Mana SKPD yang tidak jalan program dan kegiatannyo kita evaluasi”. Benar ketika rapat APBD dengan Pemko, bila Dabeng bicara dan mengkriti kinerja anggaran SKPD memang benyak betulnya dan tak terbantah”. Heran saya caranya bekerja jalankan amanah siang malam bekerja di ruangan Komisi III dan kinerjanya itu juga terjadi sekarang setahun dia di periode sekarang 2019-2024.
Jujur saya banyak belajar dengan dalam menjalankan fungsi dan tugas DPRD periode 2009-2014. Dia ahli dalam membahas anggaran, padahal akademiknya sarjana hukum. Pernah saya bercanda mata kuliah statistic Dabeng nilai C, kok kini paham anggaran keuangan. Galak ngekeh nampak “umpang giginya” mendengarkan canda saya. Apa jawab Dabeng “Idris awak iyo lima tahun disiko tapi jan kalah awak samo pemda yang puluhan tahun, iko fungsi yang harus awak dalami karena menyangkut urang banyak” kata Dabeng kala itu. Pengalaman yang menarik di DPRD kala itu.
Dabeng orang yang pertama mengusulkan program ke Pemda Bukittinggi untuk menggarakan pembanguna RSUD Bukittingi. Dalam rapat angaran tahun 2014, mendadak dia mengusulkan untuk dibangun RSUD di Bukittinggi. Beliau mengusulkan agar Pemko menghitung anggaran biaya untuk pembangunan RSUD. Saya yang biasa duduk disamping beliau kalau rapat, agak tertegun dengan usulannya. Jelang istirahat rapat saya tanya Uda usulan RSUD itu darimana idenya. Sederhana jawabnya “visi misi Pak Ismet di RPJMD kan ado membuat rumah sakit itu awak jalankan, angku pelajarilah lihat daerah lain ambo dak tahu mencari di internet doh”. Alahamdulilah ide gilo Abeng jalan ketika itu melalui pembentukan Perda Dana Cadangan.
Tahun 2019 akhir, ketika saya tidak lagi menjadi anggota DPRD Bukittinggi dan jabatan sebagai Ketua Umum Marchingband Gita Jam gadang (MBGJG) yang saya terima lima tahun lalu akan habis. Saya bersama pengurus PDBI dan MBGJG datang menemui Dabeng di kantor DPRD Bukittinggi. Kami bersilaturahmi dan menawarkan agar beliau bersedia menjadi ketua umum marchingband gita jam gadang. Beliau pertama mengelak, kata kawan-kawan buat surat dukungan tandatangani oleh pemain dan orang tua pemain dan keluarkan SK oleh PDBI. Ketika datang yang kedua saya berikan SK PDBI menunjuk beliau ketua MBGJG. Abeng menjawab ambo tarima tapi angku tetap jadi pengurus hariannyo. Siaap kata kami gembira malam itu langsung diajak makan martabak dan nasi gorek stasiun.
Seminggu setelah ditunjuk menjadi Ketua Umum MBGJG kami undang silahturahmi di GOR Bermawi. Abeng langsung memberikan semangat kepada 120 pemain MBGJG dan puluhan orang tua yang hadir. Beliau menyampaikan program jangka pendek dan jangka panjang untuk membawa go internasional marchingabnd gita jam gadang. Dalam sebuah Konser Pamit MBGJG” di Jam Gadang untuk lomba nasional di Unand Padang, Abeng memberikan support semangat, namun itulah terakhir anak-anak bersama Pak Abeng. Bukan hanya pamit untuk lomba tapi juga pamit berjumpa dengan anak-anak pemain MBGJG. Namun alhamdulilah semasa Pak Abeng,, MBGJG keluar sebagai Juara Umum lomba MMC tingkat Sumatera di Padang. Sebagai kecintaannya dengan MBGJG, maka dalam penyusunan anggaran APBD 2021, Pak Abeng telah menitipkan pokirnya ratusan juta untuk pembinaan Marchingband MBGJG.
Kini, Pak Abeng telah pergi meninggalkan kita terutama kami anak-anak pemain Marchingband Gita Jam Gadang (MBGJG). Masih mujur kamis (28/5) saya membawa 60 pemain MBGJG bezuk Pak Abeng di rumah belia surau gadang, kami berdoa bersama untuk kesembuhan Pak Abeng, namun Allah SWT bekehendak lain beliau dijemput untuk tidak lagi memimpin MBGJG. Sedih, iya kehilangan Pak Abeng. Semoga Pak Abeng ditempatkan disisi-Nya. Beliau orang baik Inssa Allah husnul khotimah. Selamat Jalan Pak Abeng.(jon/katik rang kayo)