Kontrak berjangka komoditas kakao di New York mengalami penurunan harga terbesar dalam lebih dari 60 tahun terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh prakiraan cuaca yang lebih basah di beberapa negara produsen utama, yang memicu volatilitas lebih lanjut di pasar.
Pada akhir bulan lalu, harga kakao anjlok 26% setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan yang memecahkan rekor dalam waktu kurang dari 30 hari.
Kontrak berjangka kakao di New York dan London sempat mencapai harga tertinggi dalam dolar. Pada 26 Maret, harga kakao di New York mencapai rekor intraday sebesar US$10.080 per ton metrik, dan sejak itu diperdagangkan di atas US$9.500.
Harga kakao melampaui rekor tertinggi yang tercatat pada tahun 1977 ketika dunia menghadapi kekurangan pasokan. Namun, pada hari Senin, kontrak teraktif di New York turun sebanyak 19%, sementara kontrak berjangka di London turun sebanyak 18%.
Curah hujan yang tinggi meningkatkan prospek panen, sementara rendahnya minat terbuka di pasar kakao memperkuat pergerakan harga.
“Hujan seharusnya sedikit memperbaiki kondisi di Ghana, produsen kakao terbesar kedua di dunia, dan Indonesia,” ujar Donald Keeney, ahli meteorologi senior di Maxar Technologies Inc.
Produsen kakao lainnya, Pantai Gading, juga akan diuntungkan oleh cuaca basah. Namun, negara ini masih membutuhkan lebih banyak curah hujan untuk mengakhiri kekeringan yang menekan tanaman.
Di Ghana, kombinasi hujan dan sinar matahari dianggap sangat baik untuk tanaman kakao. “Para petani ingin agar pola ini terus berlanjut,” ujar Michael Acheampong, kepala petani di kota Kwarbeng, sekitar 100 kilometer di sebelah utara Accra.
Minat beli yang rendah menyebabkan perubahan harga yang besar akibat “perubahan sekecil apapun pada prakiraan cuaca di Afrika Barat atau tanda-tanda penurunan permintaan,” ujar John Goodwin, analis komoditas senior di ArrowStream Inc.
Kurangnya kelembaban di negara-negara produsen kakao utama di Afrika Barat telah membebani pasokan di pasar yang sudah terpukul oleh pohon-pohon yang menua serta penyakit.
Meskipun harga kakao mengalami pemulihan 9% minggu lalu, beberapa analis memperkirakan bahwa rekor harga yang ditetapkan pada pertengahan April mungkin menandai puncak reli bersejarah ini.***