Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia per April 2025 mencapai US$ 431,5 miliar. Angka ini tumbuh 8,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 6,4 persen (yoy).
Dalam siaran pers yang dirilis Senin, 16 Juni 2025, BI menyebut pelemahan dolar AS terhadap mayoritas mata uang global turut memengaruhi kenaikan posisi ULN nasional.
Secara rinci, utang luar negeri pemerintah tercatat sebesar US$ 208,8 miliar atau tumbuh 10,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 7,6 persen (yoy) pada Maret 2025.
Kenaikan ini didorong oleh penarikan pinjaman serta meningkatnya aliran modal asing ke instrumen Surat Berharga Negara (SBN) domestik, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.
Sementara itu, posisi ULN swasta tercatat sebesar US$ 194,8 miliar, mengalami kontraksi 0,6 persen (yoy). Meski masih minus, kontraksi ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,0 persen (yoy).
Penurunan terutama dipengaruhi oleh peningkatan ULN lembaga keuangan, yang tumbuh 2,9 persen (yoy) setelah sempat terkontraksi 2,2 persen pada Maret.
Dari sisi sektor ekonomi, ULN swasta didominasi oleh sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta sektor pertambangan dan penggalian. Keempat sektor ini menyumbang sekitar 80 persen dari total ULN swasta.
Struktur ULN Indonesia masih terjaga, dengan 76,9 persen ULN swasta dan 85,1 persen total ULN merupakan utang jangka panjang. Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pun mengalami penurunan menjadi 30,3 persen pada April 2025, dari sebelumnya 30,6 persen pada Maret.
Bank Indonesia menegaskan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam menjaga agar struktur utang luar negeri tetap sehat dan mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia.***