Jakarta – Timur Tengah dikenal sebagai kawasan kaya minyak bumi. Setiap harinya produksi minyak bumi di sana mencapai 30,8 juta barel per hari yang seluruhnya menunjang kebutuhan di banyak negara dunia.
Atas dasar ini, minyak dari Timur Tengah jadi jantung kehidupan di bumi. Jika terjadi gangguan terkait produksi minyak, maka pasti satu dunia kena getahnya. Sejarah telah membuktikan hal ini.
Saat Perang Yom Kippur (1973), misalnya, harga minyak dunia meroket karena negara-negara Timur Tengah melakukan blokade minyak ke negara-negara Barat sebagai bentuk perlawanan. Hal ini membuat negara Barat mengalami krisis energi sangat parah.
Dalam konteks kekinian, konflik Iran Vs Israel dipercaya jadi katalisator perubahan harga minyak dunia. Kepada CNBC Indonesia (17/4/2024) Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyebut, konflik ini dapat memicu lonjakan harga minyak mentah ke level US$ 85,6 per barel atau meningkat 4,4% secara year on year. Ini bisa terjadi karena Iran dinobatkan sebagai negara penghasil minyak terbesar ke-7 di dunia.
Terlepas dari aspek ekonomi dan politik di balik produksi minyak Timur Tengah, pertanyaan menarik adalah:
Mengapa Timur Tengah punya banyak minyak?
Pakar geologi Rasoul Sorkhabi di Geoexpro menjelaskan ada empat faktor yang membuat suatu wilayah kaya minyak, antara lain:
- Adanya batuan organik dan matang secara termal
- Adanya batuan reservoir
- Adanya batuan penutup ekstensif yang efektif
- Ketepatan waktu antara migrasi minyak dan pembentukan perangkap batuan
Timur Tengah memiliki seluruh faktor tersebut. Keempat faktor tersebut terbentuk bukan dari proses singkat, melainkan melewati waktu jutaan tahun lalu. Perlu diketahui, kondisi geologis bumi bersifat dinamis. Kedinamisan inilah yang menguntungkan kawasan Timur Tengah.
Sejarah geologi terkait produksi minyak di Timur Tengah bermula di era Proterozoikum yang berlangsung dari 2,5 miliar tahun lalu hingga 541 juta tahun lalu. Di masa itu, lempengan atau kerak bumi saling bergerak dan bertabrakan. Ketika tabrakan terjadi, tak sedikit yang membentuk lipatan, cekungan, dan batuan. Di era modern, semua itu berada di kawasan Timur Tengah.
Setelah proses pembentukan lipatan terlewati, bumi mengalami proses evolusi mikroorganisme dan spesies laut. Proses evolusi ini memperkaya sedimen hingga menjadi karbon organik atau hidrokarbon yang jadi unsur utama pembentuk minyak bumi.
Proses alami cairan yang bergerak dari wilayah tinggi ke wilayah rendah membuat hidrokarbon tersebut bergerak dari daerah asal ke lipatan dan cekungan yang sudah terbentuk pada masa Proterozoikum.
Atas dasar inilah, hidrokarbon tersebut mengumpul di kawasan yang kini jadi Timur Tengah, sehingga memiliki konsentrasi ladang minyak super raksasa di dunia. Proses geologis seperti pembentukan endapan minyak yang terus berlanjut selama jutaan tahun disertai tekanan geologi membuat daerah di sana makin banyak minyak.
Dalam konteks negara bangsa, wilayah-wilayah kaya minyak tersebut kita menjelma menjadi negara Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan Uni Emirat Arab. Semuanya memiliki cadangan minyak yang sangat besar dan merupakan produsen utama minyak di dunia.
Merujuk data OPEC, produsen minyak bumi terbesar adalah Arab Saudi yakni 9,61 juta barel per hari (bpd) disusul kemudian dengan Irak yakni 4,28 juta bpd.***